Seringkali hati ini bergejolak. Merasa
tidak nyaman. Bahkan memiliki kekhawatiran yang begitu besar akan kehidupan. What’s
the matter?
Sebenarnya ketidaknyamanan itu
berasal dari diri sendiri yang tersugesti akan hal-hal negatif. Selain itu,
kurang teguhnya diri dalam menjaga iman menyebabkan hati merasa was-was. Seakan
hidup tanpa pegangan, bingung akan arah untuk setiap langkah yang kita buat
sendiri.
“Semakin banyak usia, semakin
banyak seseorang merasakan asam garam kehidupan”. Kalimat itu tidak lagi
menjadi kalimat asing. Yaa, semakin bertambah usia, tentu saja pengalaman dan
pelajaran tentang kehidupan pun akan semakin bertambah. Dan merugilah mereka yang
tidak dapat mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang Allah berikan (semoga
kita tidak termasuk dalam golongan yang merugi itu).
Kembali pada diri sendiri. Intinya adalah
muhasabah diri. Tanyakan kembali apa tujuan hidup manusia sesungguhnya. Ibadah.
Mendapatkan Ridho sang Khalik, Sang maha Pencipta dan penguasa seisi dunia. Tapi,
bagaimana bisa kita beribadah sedangkan kita tidak tahu tentang Pencipta kita
sendiri?
Ma’rifatullah (Mengenal Allah). Yaa,
itulah yang kita butuhkan. Bahkan itu adalah hal yang diwajibkan bagi seorang
muslim. Mengenal Allah dan mengharapkan keridhoan-Nya dalam setiap langkah yang
kita buat. Mengingat bahwa bukan amal yang membuat kita masuk ke dalam surga-Nya.
Yah, amalan hanyalah bekal menuju surga. Namun, yang membuat kita masuk surga
adalah ridho, berkah, dan rahmat Allah. Karena kita tak pernah tau amalan mana
yang diterima disisi-Nya. Bukan tentang kuantitas, tapi kualitas.
Dengan Ma’rifatullah, kita akan
mendapatkan manfaat besar yang insyaa Allah akan membawa kita menuju kehidupan
yang lebih baik, mendapatkan ketentraman jiwa, memaksimalkan diri mempersiapkan
bekal untuk kehidupan yang kekal kelak. Karena kita tahu bahwa batas kita untuk
beramal adalah usia dan kita tak pernah tahu kapan usia kita berhenti.
Hasil Ma’rifatullah:
1. Al-Hurriyah (kebebasan)
Dengan mengenal
Allah, kita akan tahu apa yang harusnya kita lakukan di dunia ini. Menggantungkan
diri pada Allah dan membebaskan diri dari belenggu duniawi. Itulah kebebasan
hakiki.
2. Tuma’ninah (ketenangan)
Bebas dari
belenggu duniawi akan membuat kita mengkhususkan hati untuk Allah. Di suatu
waktu pasti kita pernah merasakan ketenangan yang sangat dalam ketika kita benar-benar
menyerahkan hidup kita pada sang Rabbi. Menyadarinya adalah sebuah pilihan
karena seringkali rasa itu hilang ketika Allah menguji kita dengan kesenangan.
3. Berkah
Menjadikan kita
selalu mengingat Allah. Mengerjakan segala hal karena dan untuk-Nya. Insyaa Allah
keberkahan akan mengelilingi kita. Karena bahkan kerja keras tanpa didasarkan
pada Allah pun akan menjadi hal yang sia-sia.
4. Kehidupan yang baik
Hanya dengan mendekatkan
diri kepada Allah maka Allah akan memberi kehidupan yang baik bagi hamba-Nya.
5.
Surga
Bahkan Allah
sudah menjanjikan surga bagi hamba-Nya yang beriman, dan janji Allah itu adalah
hal yang pasti.
6. Keridhaan Allah
Untuk mendapatkan
ridho-Nya, kita harus senantiasa selalu menyertakan ikhlas dalam setiap langkah
kita. Percaya bahwa Allah Maha Adil. Memberikan apa yang kita butuhkan bukan
apa yang kita inginkan. Dan percaya bahwa setiap takdirnya adalah baik untuk
kita.
0 komentar:
Posting Komentar