5 oktober 2011
Hampir
setiap hari kita bercermin. Apa yang kita lihat? Ya, wajah kita.Salah
satu diantara kita tersenyum, lalu bergumam “cantiknya aku..” ada yang
bergumam “hmm, tampannya wajahku..”. tapi, pernahkah saat kau
mengelus-elus wajahmu yang putih bersih, wajahmu yang halus, saat kau
merias wajahmu, saat kau berdandan, pernahkah kau bergumam “betapa
indahnya PENCIPTA wajahku...”?
Setelah
selesai berdandan, lalu ada noda diwajah ayu dan tampanmu, apa yang kau
lakukan? Kau BERGEGAS membersihkannya. Kau takut noda itu akan membuat
wajahmu terlihat KOTOR. Salahkah? Kurasa itu benar.
Saat
bercermin, pernahkah kau MENCOBA untuk melihat HATImu?Pernahkah kau
melihat noda yang menempel di hatimu? Sudah berapa banyak? Mungkin noda
itu telah menjadi tumpukan noda yang mengeras. Dan pernahkah kau mencoba
untuk MEMBERSIHKAN hatimu seperti yang kau lakukan pada wajahmu yang
kau manja?
Tatkala kudatangi sebuah cermin
Tampak sesosok wajah yang telah kukenal dan sangat sering kulihat
Namun aneh sesungguhnya aku belum mengenal siapa yang kulihat
Tatkala ku tatap wajah, hatiku bertanya…
Apakah wajah ini yang kelak akan bercahaya, bersinar di surga sana?
Ataukah wajah ini yang akan hangus legam di neraka jahanam?
Tatkala ku tatap mata, nanar hatiku bertanya
Mata inikah yang akan menatap penuh kelezatan dan kerinduan menatap
Allah, menatap Rasulullah, menatap kekasih-kekasih Allah kelak? Ataukah
mata ini yang akan terbeliak, melotot, terburai menatap neraka jahanam?
Akankah mata penuh maksiat ini menyelamatkan? Wahai mata… apa gerangan
yang kau tatap selama ini?...
Tatkala ku tatap mulut, apakah mulut ini yang kelak akan mendesah penuh kerinduan mengucap
لااله إلاّ الله
Saat
sakarotul maut menjemput, ataukah menjadi mulut menganga dengan lidah
menjulur dengan lengking jeritan pilu yang akan mencopot sendi-sendi
setiap pendengar? ataukah mulut ini menjadi pemakan buah zakun jahanam
yang getir penghangus, penghancur setiap usus?
Apakah gerangan yang engkau ucapkan wahai mulut yang malang? Berapa
banyak dusta yang kau ucapkan, berapa banyak hati-hati yang remuk dengan
pisau kata-katamu yang mengiris tajam? Berapa banyak? Berapa banyak
kata-kata manis semanis madu yang palsu yang kau ucapkan untuk menipu?
Betapa jarang engkau jujur, betapa langkanya engkau syahdu memohon agar
Tuhan mengampunimu...
Tatkala ku tatap tubuhku...
Apakah tubuh ini kelak yang akan
penuh cahaya bersinar, bersuka cita, bercengkrama di surga? Atau tubuh
yang akan tercabik-cabik hancur mendidih di dalam lahar? membara
terpasung tanpa ampun? derita yang tak pernah berakhir? Wahai tubuh...
Berapa maksiat yang engkau lakukan?
Berapa banyak orang-orang yang kau dzalimi dengan tubuhmu?
Berapa banyak hamba-hamba Allah yang lemah yang kau tindas dengan kekuatanmu?
Berapa banyak beribu pertolongan yang kau acuhkan tanpa peduli padahal kau mampu?
Berapa banyak hak-hak yang kau rampas wahai tubuh? Seperti apa gerangan isi hatimu? Apakah isi hatimu sebagus kata-katamu? Atau sekotor daki-daki yang melekat di tubuhmu? Apakah hatimu segagah ototmu? Atau selemah daun-daun yang mudah rontok? Apakah hatimu seindah penampilanmu? Atau sebusuk kotoran-kotoranmu?
Betapa beda apa yang tampak di cermin dengan apa yang tersembunyi
Aku telah tertipu...
Aku tertipu oleh topeng...
Betapa yang kulihat selama ini hanyalah topeng-topeng belaka
Betapa yang ujian terhambur hanyalah menguji topeng
Betapa yang indah hanyalah topeng
Sedangkan aku hanya seonggok sampah busuk yang terbungkus
Aku tertipu aku malu.... ya Allah
Aku malu...
Tuhanku selamatkan aku...
Berapa maksiat yang engkau lakukan?
Berapa banyak orang-orang yang kau dzalimi dengan tubuhmu?
Berapa banyak hamba-hamba Allah yang lemah yang kau tindas dengan kekuatanmu?
Berapa banyak beribu pertolongan yang kau acuhkan tanpa peduli padahal kau mampu?
Berapa banyak hak-hak yang kau rampas wahai tubuh? Seperti apa gerangan isi hatimu? Apakah isi hatimu sebagus kata-katamu? Atau sekotor daki-daki yang melekat di tubuhmu? Apakah hatimu segagah ototmu? Atau selemah daun-daun yang mudah rontok? Apakah hatimu seindah penampilanmu? Atau sebusuk kotoran-kotoranmu?
Betapa beda apa yang tampak di cermin dengan apa yang tersembunyi
Aku telah tertipu...
Aku tertipu oleh topeng...
Betapa yang kulihat selama ini hanyalah topeng-topeng belaka
Betapa yang ujian terhambur hanyalah menguji topeng
Betapa yang indah hanyalah topeng
Sedangkan aku hanya seonggok sampah busuk yang terbungkus
Aku tertipu aku malu.... ya Allah
Aku malu...
Tuhanku selamatkan aku...
Ya Rabbii selamatkan aku... Amien ya Rabbal’alamin...
(Abdullah Gymnastiar dalam renungannya “CERMIN DIRI” dinukil dari intro nasyid “Star 5”)
Sungguh hatiku terkoyak.. rasanya perih, pedih, terlalu sakit... begitukah aku?
Sungguh aku tak sanggup membayangkan bagaimana akhir dari diri yang malang ini...
0 komentar:
Posting Komentar