Senin, 09 Desember 2013

Ikhlas dan Air Mata

11 september ‘11

Kisah seorang gadis yang menangis dalam shalatnya. Merasa bahagia, sedih, terharu, dan segala perasaan yang membuat luluh hatinya yaitu karena seorang Pak becak : ).

Dalam ceritanya dia bercerita.

Suatu hari seperti biasa setiap hari Kamis, aku berangkat les fisika. Kalau tidak naik angkot ya naik becak. Tapi setiap pulang pasti naik becak. Hmm..

Kali ini aku bertemu dengan pak becak yang baik hati : ).
Kau tahu? Biasanya pak becak selalu membuat bibirku mencibir, karena kebanyakan dari mereka menginginkan untung yang banyak. Selalu saja harganya dimahalkan, huh ( menggerutu ). Akupun selalu menawar ( biasanya tanpa peduli bahwa uangku lebih banyak mungkin dari pak becak ). Tapi pak becak yang satu ini berbeda.
Saat aku tanya ” Berapa, Pak?”
 ”Seperti biasa, Neng tujuh ribu” jawab pak becak.

Aku agak sedikit terkejut dan senang, karena biasanya becak yang lain menawarkan sepuluh ribu, padahal kan jauh :O. Tapi aku masih saja mencoba untuk menawar ( maklum, namanya juga manusia ). Akhirnya aku tawar enam ribu, haha ( jahatnya.. ). Kesepakatanpun terjadi. Yaps, deal enam ribu ( yeee, hhe ).

Saat di tengah jalan, dengan iringan bisingnya suara kendaraan, dengan lampu-lampu yang mulai memancarkan cahayanya, aku mendengar suara nafas pak becak ( oh, no ). Dia terlihat sangat kelelahan TT. Dalam hati aku berfikir, tapi aku juga tak tahu apa yang aku fikirkan.

Akhirnya sampai juga, aku bayar deh pak becak dengan uang sepuluh ribuan, kembalian dong empat ribu. Saat itu juga aku melihat wajah pak becak, ada rasa kasihan, terharu dan lain-lain yang membuat hatiku gusar.
Kembaliannya hanya ada tiga ribu, akhirnya aku berkata ” Gausah Pak, ngga apa-apa.”
” Terimakasih, Neng. Terimaksih banyak ya.”

Aku melihat kebaikan pak becak, aku melihat wajahnya yang berbinar, aku melihat betapa lelahnya dia selama ini mengayuhkan becaknya. Aku melihat betapa senangnya dia mendapatkan uang tambahan walaupun itu hanya seribu rupiah. Begitu berhargakah uang seribu itu untuknya? Apa yang sudah aku lakukan, menawar dengan harga yang sangat murah padahal pak becak sudah menawarkan harga yang sangat murah dan dia lebih membutuhkan setitik uang itu. Ya, Allah. Sungguh, aku melihat pak becak itu mengayuh becaknya kembali ke tempatnya, dengan senyumnya.
Aku merasakan bahagia saat itu, bahagia karena melihat senyum ikhlas pak becak.

Akupun melaksanakan shalat magrib, dan aku menangis......................................

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Sepertinya aku pernah denger cerita ini rin :)