"iseng untuk mengikuti sebuah ajang menulis untuk mendapatkan sebuah novel, iilah hasilnya"
9 Februari 2012
Untukmu yang ku sayang,
Taukah kau? Betapa rapuhnya hatiku?
Semakin rentan termakan waktu, menunggu kepastian akan bersatunya dua hati.
Aku membisu. Tak mampu ku melihatmu hanya dalam angan. Aku ingin kau di sini. Sungguh berada di sini, di sisiku.
Aku
yang selama ini hanya tertawa bersama bayang-bayangmu. Ingin ku
mendengar gelak tawa candamu. Ingin ku tertawa bersamamu. Melewati waktu
demi waktu secara nyata.
Saat kau terpuruk, ingin ku berkata “aku di sini ada untukmu”.
Aku
ingin kau tau, betapa aku mengharapkan kehadiranmu, menggenggam erat
tanganku. Mempersatukan cinta dalam keindahan dunia, menciptakan surga
dalam rumah cinta.
Mungkin rasanya kan seperti terbang
melintasi sang mega jika harapan kan jadi nyata. Begitu indah dalam
dekapan jiwa. Merasakan keabadian cinta dalam ikatan janji suci.
Harapan itu selalu muncul di setiap detak jantung yang terus berdegup. Namun tak tau bagaimana ku harus mengungkapkannya.
Bulan
menjadi saksi bisu kepiluan hatiku. Bunga pun melayu memandang diriku
yang penuh akan kegelisahan. Gelisah yang mendera dalam sebuah
penantian.
Mungkinkah? Aku si pecundang kan bersanding dengan seorang makhluk ciptaan-Nya yang begitu sempurna?
Aku yang menyayangimu dari kejauhan dan tersenyum untukmu, pernahkan kau merasakan getarannya?
Pertanyaan silih berganti memenuhi benakku. Membuatku semakin terkucilkan.
Saat
sebersit cahaya harapan muncul memberikan sebuah keyakinan,aku tau, aku
tak bisa hanya menjadi patung yang berpura-pura tersenyum, aku harus
melangkah, meyakinkanmu akan tulusnya cinta yang tumbuh dalam diriku.
Terlalu
lama aku memendam, terlalu lama aku tertekan. Bersamamu, kan menjadi
anugrah terindah sepanjang masa. Ku tulis sebuah surat sederhana ini
dalam penantian untuk sebuah hati yang ku nanti.
Yang selalu tersenyum untukmu,
0 komentar:
Posting Komentar