Kamis, 05 Desember 2013

Even Menulis Valentine-If You were Mine

I don't think that it's gonna be messing
"iseng untuk mengikuti sebuah ajang menulis untuk mendapatkan sebuah novel, iilah hasilnya"

9 Februari 2012

Untukmu yang ku sayang,


Taukah kau? Betapa rapuhnya hatiku?

Semakin rentan termakan waktu, menunggu kepastian akan bersatunya dua hati.

Aku membisu. Tak mampu ku melihatmu hanya dalam angan. Aku ingin kau di sini. Sungguh berada di sini, di sisiku.

Aku yang selama ini hanya tertawa bersama bayang-bayangmu. Ingin ku mendengar gelak tawa candamu. Ingin ku tertawa bersamamu. Melewati waktu demi waktu secara nyata.

Saat kau terpuruk, ingin ku berkata “aku di sini ada untukmu”.

Aku ingin kau tau, betapa aku mengharapkan kehadiranmu, menggenggam erat tanganku. Mempersatukan cinta dalam keindahan dunia, menciptakan surga dalam rumah cinta.

Mungkin rasanya kan seperti terbang melintasi sang mega jika harapan kan jadi nyata. Begitu indah dalam dekapan jiwa. Merasakan keabadian cinta dalam ikatan janji suci.

Harapan itu selalu muncul di setiap detak jantung yang terus berdegup. Namun tak tau bagaimana ku harus mengungkapkannya.

Bulan menjadi saksi bisu kepiluan hatiku. Bunga pun melayu memandang diriku yang penuh akan kegelisahan. Gelisah yang mendera dalam sebuah penantian.

Mungkinkah? Aku si pecundang kan bersanding dengan seorang makhluk ciptaan-Nya yang begitu sempurna?

Aku yang menyayangimu dari kejauhan dan tersenyum untukmu, pernahkan kau merasakan getarannya?

Pertanyaan silih berganti memenuhi benakku. Membuatku semakin terkucilkan.

Saat sebersit cahaya harapan muncul memberikan sebuah keyakinan,aku tau, aku tak bisa hanya menjadi patung yang berpura-pura tersenyum, aku harus melangkah, meyakinkanmu akan tulusnya cinta yang tumbuh dalam diriku.

Terlalu lama aku memendam, terlalu lama aku tertekan. Bersamamu, kan menjadi anugrah terindah sepanjang masa. Ku tulis sebuah surat sederhana ini dalam penantian untuk sebuah hati yang ku nanti.

Yang selalu tersenyum untukmu,

0 komentar: