Minggu, 30 November 2014

Tak Ada Pertemuan yang Sia-sia

Berawal dari pertama masuk IPB. organisasi yang pertama aku ikuti melalui wawancara adalah Lembaga Dakwah Kampus. LDK Al-Hurriyah, itulah tempat di mana aku mengenal banyak orang-orang yang tak biasa, para pejuang akhirat, dan orang-orang yang senantiasa memiliki kemauan untuk menjadi hamba yang istiqomah dalam imannya.

Aku pun masuk dalam divisi yang aku inginkan. Divisi yang aku rasa akan dapat menunjang minatku dalam menulis yaitu divisi Kajian Strategi (kastrat). Awalnya aku takut saat tahu bahwa divisi kastrat ini menuntut anggotanya untuk kritis dan aktif (da aku mah apa atuh). Rasa takut itu tak mendorongku untuk keluar. Mungkin inilah yang disebut misteri sekenario Tuhan. Skenario pertemuan yang akhirnya menjadi ikatan erat seorang kakak dan adik.

Kakak CiJieS, sebutan khusus untukmu (kurang lucu apa coba aku kak? :D). Ceria Jail (lumayan) Seru laah wkwkwk, gimmannaaaa????

Waktu terasa berlalu begitu saja, aku rasa kakak punya daya ikat sendiri untukku. Buktinya, bukankah kita sekarang lebih dari sekadar adik kakak tingkat? Atau itu anggapanku saja? Rasanya aku akan sakit hati jika ternyata kau tak beranggapan sama kak.

Pertama kali merasa dekat dan nyaman sama kakak, entah kapan. Yang pasti aku ingat pertemuan pertama kita. Pertama kali aku menyapa sekadar untuk menanyakan tentang divisi kita di LDK. Terasa singkat mungkin, tapi sudah cukup banyak cerita yang kau torehkan dan itu berkesan karena kau membantuku melakukan perubahan  yang memang seharusnya ku lakukan.

Mungkin kau ingat saat aku mengikuti lomba karya tulis tentang peran pemuda islam. Aku mengambil topik tentang ekonomi. Kau membantuku (meski aku merasa sedikit ditelantarkan T.T) dan memberiku semangat. Aku pun berhasil menyelesaikannya. Aku lolos ke tahap presentasi. Aku merasa sangat senang kak, itulah kali pertama aku mengikuti lomba karya tulis yang sebenarnya dari dulu aku ingin lakukan. Hanya saja banyak kendala dan banyak "tapi" yang membuatku tak bergerak. Meskipun hanya bersaing dengan anak SMA dan TPB, aku merasa senang karena aku bisa menjadi salah satu peserta yang mempresentasikan karyanya di depan juri. Aku memang tak mendapatkan juara, tapi bagiku itu pengalaman yang sangat luar biasa.

Mungkin kau juga tak lupa tenatang cerita-cerita galauku. Tentang orang-orang di sekitarku, organisasi yang aku ikuti, tentang jurusanku, tentang semua yang membuatku resah. Kau menjadi sahabat baruku di setiap waktu.

Dan mungkin kau tak lupa tentang aku. Mungkin aku memang sudah istiqomah untuk selalu memakai rok, tapi bagiku tidak saat olahraga, karena aku merasa training tak termasuk pakaian ketat. Tapi saat aku bilang aku akan melakukan outbond dan masuk club basket departemen dan menggunakan training, kau membuatku sadar bahwa aku tak boleh setengah-setengah, aku harus tetap memakai rok. Awalnya aku melakukan itu dengan terpaksa (meski disisi lain saat memakai training aku juga merasa sedikit tidak aman), tapi bercandamu yang mengandung nasihat itu membulatkan tekatku. Benar, aku tahu bahwa aku merasa lebih nyaman dan aman saat aku memakai rok di luar ketika melakukan aktivitas apa pun. Saat melakukan pendakian kedua ke gunung papandayan pun, aku memakai rok dan berhasil. Tak sesulit dan tak seribet perkiraan orang-orang.

Meski kau suka semena-mena kak, kau tetap kakak yang (yaaa lumayan) baiklaah. Dan yang perlu kau tahu, kesemena-menaanmu itu sudah bisa aku akali hahaha. Mau jutek? Mau marah? Aku sudah tau taktikmu.. hahahahaaa *evillaugh*

Meski kau suka tega dan jail bin usil, setelah aku putar kembali memoriku (duh bahasanya lebay banget-___-) ya apapun itulah, motivasimu cukup mengena. Bisa jadi kau perantara hidayah yang Allah kirimkan untukku , tak ada pertemuan yang sia-sia bukan? Ini memang takdir :)

Yaaah, seusil sejail dan sekocak apapun bentukanmu, aku senang bisa memiliki kakak sepertimu. Big thanks for your kindness and motivations. Dan terimakasih sudah menerimaku apa adanya T-T, sudah mau mendengarkan keluh kesahku (critanya terharu gitu). Gaboleh bosen ya kak :p

Salam sayang dari adikmu yang manja, cengeng dan menggemaskan ini :3

Oya, makasih buat ramennya malem ini, ramennya terasa enak dan hangat sehangat kasih sayangmu kak Tatu Kulsum Putri Al-Hadad #eeeeaaaaaaaaaaaaa (melayang ya melayang deh digombalin) :p

-Ramen-


"Ketulusan itu datang dari hati dan akan sampai ke hati. Persaudaraan yang terjalin karena Allah, akan menjadi kekuatan untuk dapat saling menguatkan. Semoga kita senantiasa dalam keridhoan-Nya"

Grand Launching KPMI

29 November 2014


Kamis, 27 November 2014

Rindu...

Momen Idul Fitri 2014
Hatiku tak pernah bebas dari gejolak yang selalu datang tiba-tiba
Menyisakan rasa hampa
Terkadang meninggalkan noda
Seperti badai yang menerpa sebuah kota

Mama...
Di saat seperti ini, rasa rindu yg tertumpuk semakin membuatku tak berdaya
Membayangkan wajahmu, membuatku tak sanggup menahan air mata
Jarak ini, mengapa terasa begitu menyiksa?

Aku tak mau harapan itu pupus begitu saja
Harapan yang telah kubangun sekuat tenaga
Tak bisa kubiarkan badai merobohkannya
Rasanya aku memang harus selalu siap siaga

Disisi lain, aku takut harapan itu tak bisa Membuatmu bahagia
Lalu aku harus apa?
Aku hanyalah gadis biasa yang masih manja
Tapi aku sungguh sangat ingin menaklukkan dunia
Untukmu mama...

Aku ingin menggenggam tanganmu secara nyata
Menceritakan segala hal yang ada
Menghapus jarak yang memisahkan kita
Menemanimu dalam setiap detik yang tersisa




Jumat, 31 Oktober 2014

Menyesali Penyesalan

Tak terasa, sudah lebih dari tiga bulan aku tinggal di rumah baruku di Bogor. Al-Iffah. Dan Al-Iffahers adalah sebutan bagi kami, para santri Al-Iffah. Begitulah kami dikenal. Sebutan itu terlontar baik antar sesama penghuni ataupun selain penghuni untuk sekadar menyapa.

Sejak awal aku ingin menuliskan ceritaku. Tentang kesan pertama dan perasaanku tinggal di rumah baruku ini. Tapi aku merasa sangat enggan. Aku sangat tidak tertarik untuk menuliskannya. Karena cerita yang tertulis hanya akan penuh dengan keluh kesah yang membuat diriku lelah.

Satu bulan pertama. Aku sangat tidak suka berada di tempat ini. Aku merasakan keegoisan, ketidakramahan, peraturan yang membuatku tidak nyaman seperti tidak boleh begini tidak boleh begitu. Keharusan melakukan piket mingguan, jam malam jam 9, kewajiban mengikuti taklim setiap malam minggu dari jam 9-12 malam dan bla bla bla lainnya. Aku merasa jenuh. Aku pun merasa sungkan untu “pulang”. Hal itu membuatku sering menginap di tempat temanku. Bahkan beberapa anak Al-Iffah tidak sadar bahwa aku salah satu bagian dari mereka.

Semester baru ini aku berusaha menyibukkan diri dengan mengikuti acara magang BEM-G, BEM mahasiswa FMIPA. Karena acara magang hanya 1 bulan, kami para newbies (sebutan bagi anak magang) sering mengadakan gathering untuk menyelesaikan tugas dan projek kami sebagai anak magang BEM dengan waktu yang sangat singkat. Dengan jadwal kuliah yang berbeda dari tiap Departemen, secara otomatis gathering diadakan mulai ba’da magrib. Jika sesuai rencana, jam 9 kami selesai. Namun, kebiasaan ngaret warga Indonesia rasanya sudah terlalu melekat. 

Akhirnya setiap ada perkumpulan, aku pulang ke tempat temanku yang ikut magang juga. Karena Al-Iffah tidak akan mengizinkan santrinya masuk jika melewati batas jam malam dengan alasan selain akademik dan sakit. Hal itu membuatku semakin kesal dan tidak betah. Aku merasa dibatasi dalam kegiatanku. Di sisi lain aku senang karena aku bisa menjadikan ini sebagai alasan untuk tak pulang. Keinginanku untuk pindah tempat pun semakin tinggi.

Selama satu bulan lebih merasakan kegelisahan dan ketidaknyamanan yang sangat mengganggu ketenangan batinku, aku mencoba menceritakan apa yang aku rasakan kepada beberapa sahabatku yang kurasa tepat. Aku menceritakan kepada mereka yang senantiasa Istiqomah dalam mendekatkan diri pada Sang Rabb, aku ingin mengetahui pendapat mereka. Yang aku dapatkan, jawaban mereka hampir sama. Mereka memintaku kembali memutar memori tentang niatku memilih Al-Iffah sebagai “rumah baru”. Aku suka dengan semangat Al-Iffahers dalam beribadah, tapi tidak dengan peraturan-peraturan dan kesan pertama itu. Mereka juga mengatakan bahwa untuk mendapat dan memperjuangkan yang seharusnya kita perjuangkan memang tidaklah mudah. Kita harus mencoba keluar dari zona nyaman. Bisa jadi aku merasa tidak nyaman karena aku masih dalam tahap “untuk mengerti lebih jauh” dan adaptasi. Kemudian mereka menganalogikan setiap peraturan yang membuatku kesal itu, memberitahukan kaidahnya dalam Islam beserta tujuan dan manfaatnya.

Aku belum bisa menerima dan merasa belum tenang. Aku mengeluarkan banyak kata “tapi” dalam ceritaku. Tapi, jawaban mereka selalu membuat amarahku kalah :”).

Satu bulan berikutnya aku mencoba kembali menata hati, meredamkan amarah yang aku sadari menguasaiku dan harus segera aku bersihkan. Aku tak henti meminta untuk diberikan petunjuk dalam setiap shalatku. Aku mencoba mengikuti perarturan-peraturan yang sebelumnya selalu aku langgar dan tak aku pedulikan.

Aku senang. Aku merasakan kasih sayang Allah memang begitu dalam. Aku senang dalam usahaku mencoba untuk memahami lingkungan Al-Iffah membuahkan hasil. Aku merasakan manfaat itu. Aku merasakan kebenaran itu. Aku mendapatkan kedamaian hati dan ketenangan diri di rumah yang kini aku cintai. Selama satu bulan lebih itu aku mencoba membandingkan keadaan baik hati maupun kejiwaanku saat aku berada di Al-Iffah dan di luar. Sangat jauh berbeda. Kefuturan saat berada di luar begitu terasa. Membuatku resah, tapi aku kalah dengan lingkungan yang ada. Kini, saat aku merasa tidak tenang dan resah dengan keadaan dunia ini, aku pulang ke Al-Iffah. Dan aku mendapatkan ketenangan di sini. Dalam lingkungan dan lingkaran di antara orang-orang yang senantiasa selalu berusaha mendekatkan diri dan menyerahkan hidupnya pada Allah. Bahkan dalam canda gurau kami ada batasan yang membuat diri kami jauh lebih terjaga dan merasa lebih tenang :’).



Kini aku sadar betapa beruntungnya aku dapat berada di rumah seteduh ini. Dikelilingi orang-orang yang akan saling mengingatkan. Dan aku menyesal telah menyesali keputusan yang aku ambil. Aku menyesal bahwa aku pernah menyesal untuk memilih tempat ini sebagai rumahku.  


"Sesuatu yang baik bagimu, belum tentu baik di mata Allah. Begitu pun sebaliknya."


Jumat, 24 Oktober 2014

Knowing Our Lord

Seringkali hati ini bergejolak. Merasa tidak nyaman. Bahkan memiliki kekhawatiran yang begitu besar akan kehidupan. What’s the matter?


Sebenarnya ketidaknyamanan itu berasal dari diri sendiri yang tersugesti akan hal-hal negatif. Selain itu, kurang teguhnya diri dalam menjaga iman menyebabkan hati merasa was-was. Seakan hidup tanpa pegangan, bingung akan arah untuk setiap langkah yang kita buat sendiri.

“Semakin banyak usia, semakin banyak seseorang merasakan asam garam kehidupan”. Kalimat itu tidak lagi menjadi kalimat asing. Yaa, semakin bertambah usia, tentu saja pengalaman dan pelajaran tentang kehidupan pun akan semakin bertambah. Dan merugilah mereka yang tidak dapat mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang Allah berikan (semoga kita tidak termasuk dalam golongan yang merugi itu).

Kembali pada diri sendiri. Intinya adalah muhasabah diri. Tanyakan kembali apa tujuan hidup manusia sesungguhnya. Ibadah. Mendapatkan Ridho sang Khalik, Sang maha Pencipta dan penguasa seisi dunia. Tapi, bagaimana bisa kita beribadah sedangkan kita tidak tahu tentang Pencipta kita sendiri?

Ma’rifatullah (Mengenal Allah). Yaa, itulah yang kita butuhkan. Bahkan itu adalah hal yang diwajibkan bagi seorang muslim. Mengenal Allah dan mengharapkan keridhoan-Nya dalam setiap langkah yang kita buat. Mengingat bahwa bukan amal yang membuat kita masuk ke dalam surga-Nya. Yah, amalan hanyalah bekal menuju surga. Namun, yang membuat kita masuk surga adalah ridho, berkah, dan rahmat Allah. Karena kita tak pernah tau amalan mana yang diterima disisi-Nya. Bukan tentang kuantitas, tapi kualitas.




Dengan Ma’rifatullah, kita akan mendapatkan manfaat besar yang insyaa Allah akan membawa kita menuju kehidupan yang lebih baik, mendapatkan ketentraman jiwa, memaksimalkan diri mempersiapkan bekal untuk kehidupan yang kekal kelak. Karena kita tahu bahwa batas kita untuk beramal adalah usia dan kita tak pernah tahu kapan usia kita berhenti.

Hasil Ma’rifatullah:

1.      Al-Hurriyah (kebebasan)
Dengan mengenal Allah, kita akan tahu apa yang harusnya kita lakukan di dunia ini. Menggantungkan diri pada Allah dan membebaskan diri dari belenggu duniawi. Itulah kebebasan hakiki.  
2.      Tuma’ninah (ketenangan)
Bebas dari belenggu duniawi akan membuat kita mengkhususkan hati untuk Allah. Di suatu waktu pasti kita pernah merasakan ketenangan yang sangat dalam ketika kita benar-benar menyerahkan hidup kita pada sang Rabbi. Menyadarinya adalah sebuah pilihan karena seringkali rasa itu hilang ketika Allah menguji kita dengan kesenangan.
3.      Berkah
Menjadikan kita selalu mengingat Allah. Mengerjakan segala hal karena dan untuk-Nya. Insyaa Allah keberkahan akan mengelilingi kita. Karena bahkan kerja keras tanpa didasarkan pada Allah pun akan menjadi hal yang sia-sia.
4.      Kehidupan yang baik
Hanya dengan mendekatkan diri kepada Allah maka Allah akan memberi kehidupan yang baik bagi hamba-Nya.
5.      Surga
Bahkan Allah sudah menjanjikan surga bagi hamba-Nya yang beriman, dan janji Allah itu adalah hal yang pasti.
6.      Keridhaan Allah
Untuk mendapatkan ridho-Nya, kita harus senantiasa selalu menyertakan ikhlas dalam setiap langkah kita. Percaya bahwa Allah Maha Adil. Memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan. Dan percaya bahwa setiap takdirnya adalah baik untuk kita.

Jika kita mampu mengenal baik saudara-saudara kita, mengapa tidak untuk mengenal Allah lebih jauh untuk kehidupan kita yang lebih baik. :)

Selasa, 21 Oktober 2014

Kerinduan Sahabat


Ekspresi wajah itu kembali hadir dalam pikiranku. Rasanya sudah cukup lama kami tidak berkomunikasi. Waktu dan jarak memang mudah memisahkan. Ditambah kesibukan yang tak pernah berhenti menghampiri pemuda berlabel mahasiswa.

Mungkin keakraban itu tak begitu nyata, tapi kehangatan yang kurasa membuat hatiku kuat untuk mengingatnya. Bukan mengingat atupun mengenang. Tak menyimpan, tapi secara otomatis tersimpan. Tangis itu, dekapan erat itu, takkan pernah hilang rasanya. Bisa jadi itu kali pertama aku merasakan ketulusan, kerinduan seorang sahabat. Yah, seseorang yang merindukan sahabatnya.

Kini aku pun merindukannya. Namun sayang, waktu dan jarak terlalu kejam, membiarkan kami terlarut dalam dunia masing-masing. Melupakan kasih sayang yang dulu begitu tajam, perlahan menghilangkan kerinduan tanpa jejak.

Jika aku diizinkan untuk berharap, aku ingin kembali ke masa itu. Menggenggamnya erat, lebih erat dari sebelumnya. Jika saat itu aku melepas dekapannya dan bertanya ‘kenapa’, kini aku tidak akan bertanya dan melepasnya, aku akan kembali mendekapnya. Melepas setiap tetes kerinduan yang terpendam atas ketulusan, membebaskan kasih sayang yang tak tersampaikan. Menghilangkan keraguan untuk ‘persahabatan’ yang dulu sempat ku pertanyakan. Hanya karena tangis dan dekapan itu, aku menyayanginya lebih.


Kini aku pun merindukannya. Aku merindukan ketulusan persahabatan yang tak terlihat nyata.

Jumat, 06 Juni 2014

Cinta Biru

5 Juni 2014

Burung itu tetap terbang. Melayang di angkasa luas. Menghirup udara bebas. Rasanya beban berat itu terasa lebih ringan sekarang. Meski begitu, kecemburuan tetap terselip dalam hatinya. Salahkah bila burung merasa cemburu? Bagaimana jika kecemburuan itu justru menjadi motivasi bagi dirinya? Bukan kecemburuan yang mendatangkan mudharat seperti pada umumnya. Apa bedanya dengan ketika burung merasa cemburu pada Siti Aisyah?
Hei kawan, burung akan merindukan kebersamaan ini. Dekapan hangat dalam ukhuwah Islamiyah. Burung akan terbang jauh kawan. Namun, dia tidak meninggalkan kalian. Cinta biru yang tertinggal dalam jejak, menjadi pengingat saat burung terbang tak mengikuti udara.


Cinta Biru

Cinta…
Sebiru langit
Gambarkan keceriaan
Bahagia hati bertemu kawan
Cinta…
Sebiru samudera
Gambarkan ketenangan jiwa
Berkumpul bersama para pengembara
Cinta…
Sebiru batu sapphire
Menjaga taqwa dalam ukhuwah
Mendekap kemuliaan dalam istiqomah
Pertemuan dengan para pengembara
Para pengembara yang berjuang
Tuk menggapai cinta sang Ilahi



“ Bukankah hati kita telah lama menyatu, dalam tali kisah persahabatan Ilahi. Genggam erat tangan kita tuk terakhir kalinya. Hapus air mata meski kita kan terpisah. Selamat jalan teman, tetaplah berjuang. Semoga kita bertemu kembali. Kenang masa indah kita, sebiru hari ini~.”


Dewan Mushola A5 2013-2014

Senin, 17 Februari 2014

Bahagia itu Sederhana

"Bahagia itu sederhana, yaitu saat bisa tersenyum atas kebahagiaan saudara-saudaraku dan bisa menangis atas penderitaan yang dialami saudara-saudaraku kemudian bisa berusaha untuk memberi pertolongan semampuku."

Minggu, 16 Februari 2014

Andai Aku Bisa...


Tertulis pada 21 Agustus 2011

Mengapa aku merasa begitu takut?
Sepi…
Hampa…
Seperti aku sendiri di dunia ini…
Bagaimana jika nanti aku benar-benar sendirian di alam barzah?
Apa lagi jika melakukan banyak dosa yang diriku sendiri tidak menyadarinya.
Dengan siksaan yg begitu berat, aku akan menghadapinya sendiri, tanpa setitik cahaya ampunan dari Allah…
Aku tak ingin Engkau murka kepadaku, berilah aku bimbingan dan petunjukMu…
Andai aku bisa, aku ingin menjadi anak kecil yang takut pada api neraka.
Andai aku bisa, aku ingin menjadi gadis yang menangis dalam sujud malamku.
Dan andai aku bisa, aku ingin menjadi seperti istri salah seorang nabi yang memberikan seluruh hartanya untuk fakir miskin.
Jangan biarkan aku merasakan sakitnya dicabut nyawaku ya, Allah,
Rekahkan senyumku saat aku tutup hidupku…

Jumat, 10 Januari 2014

I Just Like It

Fotografi, apa itu? Dulu aku tidak begitu mengerti. Aku hanya tahu itu ada kaitannya dengan foto.

Berawal dari "suka alam"
Pesona langit yang selalu menentramkan,
Pesona gunung yang begitu menyejukkan,
Pesona laut yang begitu menenangkan,
Seluruh pesona alam itu, membuatku merasa bahwa hidupku baik-baik saja, hidupku tenang, setenang alam. Hidupku indah, seindah alam, yang semakin hari, aku semakin mencintainya. Begitu mencintai lukisan Tuhan yang begitu...ahh terlalu sulit dijelaskan dengan kata-kata, keindahannya tiada batas. Rasanya, alam adalah obat 'termujarab' untuk segala jenis kejenuhan.

Seiring berjalannya waktu, saat aku memiliki sebuah handphone berkamera, aku mulai suka dengan jepretan-jepretan itu. HP sederhana, begitupun kameranya, membuahkan hasil yg sederhana pula tentu saja, tapi aku suka.

Sampai akhirnya, suatu hari aku berkesempatan meminjam kamera canggih seorang teman yang saat ini booming sekali dikalangan anak muda. Banyak yang membelinya akhir-akhir ini, baik yang benar-benar suka fotografi, maupun yang hanya ingin bergaya saja.

Yah, aku tidak bisa memainkan menunya, jadi aku hanya memainkan fokus untuk mengambil gambar dari sebuah objek. Hasilnya tak seberapa memang. Tapi, lagi-lagi aku suka, aku menikmatinya. Biasanya aku share lewat akun instagramku.

Sampai sekarang, aku suka mengambil foto dari sebuah objek yang cukup menarik bagiku, semacam serangga dan bunga. Hanya bermodalkan HP berkamera 5mp, setidaknya aku sudah dapat menikmati bagian dari fotografi itu. Sempat tersirat ingin memiliki kamera yang sering disebut-sebut SLR itu, tapi...sudahlah, itu bagian dari nafsu duniawi saja. Hanya berusaha sadar, ini bukan bakatku, sekadar hobi.

Hikmahnya, aku bisa menambah pengetahuan baru, seperti dalam fotografi ini, yang aku suka adalah gambar makro. Aku sempat searching tentang gambar makro itu dan ingin mempelajarinya. Berharap suatu hari aku bisa mencobanya. *bagian dari sebuah harapan*

Yaa, mungkin ini sekadar hobi, yang sewaktu-waktu bisa aku gunakan untuk mengisi waktu luangku sembari menikmati alam :). Intinya, aku suka, dan aku mencoba untuk menikmati hal yang aku suka selagi aku masih punya waktu di dunia. Setidaknya aku bisa "bergaya" layaknya fotografer-fotografer yang sudah ahli itu.

"Mencoba melakukan hal yang aku suka di dunia ini, berharap suatu waktu nanti dapat bermanfaat. Meskipun jika akhirnya hanya sebuah kepuasan jiwa yang aku dapatkan, setidaknya aku tidak menyia-nyiakan waktu yang sudah diberikan untuk mencoba sebagian kecil dari banyak hal yang dapat dilakukan. Karena bagiku, itu adalah anugrah. So, just do what you like ;)"

Ini sebagian hasil jepretanku menggunakan HP dan SLR hasil pinjam hehe, just take a little few of these :)










Selasa, 07 Januari 2014

Tak Seberapa, tapi...

Say welcome to another story!

Rasanya bahagia memang saat ada satu keinginan tercapai. Itulah satu keinginanku "menjadi seorang guru les privat" :). Aku sudah menjalaninya selama aku kuliah. Statusku memang masih sebagi 'tentor pengganti',  belum memiliki jadwal tetap. Tapi ku rasa itu lebih baik, karena aku tak bisa meluangkan waktuku secara konsisten setiap minggunya.

Honorer, tak seberapa memang, tapi bukan itu. Pengalaman besar yang didapatkan tak terbayarkan. Aku ingat sekali saat pertama kali aku mengajar anak SD, aku bingung caranya berkomunikasi, rasanya dia kesulitan untuk memahami apa yang aku katakan. Entahlah, aku bingung harus bagaimana lagi. Kesalahannya, aku mengajarkan materi yang seharusnya dia belum sampai sedalam itu. Tapi aku tak tahu, rasanya yang aku sampaikan itu sudah yang paling dasar. Entahlah...

Honorer, tak seberapa memang, tapi dengan ini aku bisa tahu Bogor lebih luas dan perjalananku ini membuatku semakin cinta dengan Bogor si kota hujan :)

Honorer, tak seberapa memang, tapi aku bisa bertemu dengan para orangtua anak bimbingku yang memilki "rumah gedong" namun begitu ramah, dan aku bertemu berbagai macam kriteria anak sekolah. Mulai dari yang jutek, diam, sampai yang bawel dan suka cerita. Membuatku membayangkan seperti apa aku dulu.

Honorer, tak seberapa memang, tapi setidaknya bisa menambah uang jajanku. Aku bersyukur bisa menggunakannya sebagai uang jajan, dibandingkan mereka yang kerja part-time untuk membiayai kuliah mereka sendiri. Bagiku ini bukan "kerja", but this is a part or my adventure.

Honorer, tak seberapa memang, tapi ini bukan masalah materi, aku hanya ingin mengembangkan apa yang ada dalam diriku. Setidaknya aku tidak menjadi orang yang stagnan dan statis, dan setidaknya aku bisa lebih mengenal dunia luar. Dunia banyak orang. Yang terpenting adalah menyadari betapa lebih beruntungnya aku. Hal itu menuntutku untuk besyukur, dan aku suka itu :)

Rabu, 01 Januari 2014

  • Mencari referensi sebelum mengatakan dan memutuskan kebenaran akan suatu hal
  • Jangan pernah menganjurkan orang melakukan sesuatu kalau kita sendiri belum pernah mencobanya
-esensi obrolan dengan SH-

Nice-19

Welcome 2014, be nice!

Heey tahun baru, ulangtahunku yg ke-19 (berasa udah tua banget-_-) --> usia baru, targetan baru, mantapkan langkah, yakinkan diri, jiwa baru, iman baru, taqwa baru, tingkatkan!

Terlalu banyak kejutan :D. Mulai dari temen lorong, golongan kamar depan dan kamar sendiri.

Rasanyaaa…uh! Gemes banget haha, sayang sekali rencana mereka ketahuan jadi kurang deeh serunya, tapi tidak mengurangi keistimewaannya :)

Temen lorong: makasih yaah kuenya, sayang ga sempet kefoto, hhee

Golongan kamar depan: makasih sudah memilihkan kue yang toppingnya enak :p, krudung dan pinnya lucu, aku suka. Tapi kalian benar2 parah, membeli tidak sesuai dengan seleraku, apalah dengan blink-blink itu-__-, kalian yangg gila, kocak, dengan tanpa kesengajaan seharian kalian membully aku, membentak, memarahiku, seperti orangtua saja kalian ni..

Teruntuk temen kamar: heeyy jahatnyaa… kalian merusak kebahagiaanku di malam tahun baru. Awalnya aku tau rencana busuk kalian *eh. Tapi lama-lama aku ngga tahan juga, sakit hati juga sampai akhirnya aku menangis (aku merasa kalah-,-“) dan kalian berhasil membuatku “minggat”, mengungsi di kamar orang lain, haih. Tapi kalian tiba2 datang saat aku terlelap tidur dengan kue-kue itu, dan lilin yang menyala tepat di depan hidungku, membuat tenggorokanku tersedak *itu bagian dari penyiksaan. Semua itu tak bisa dijelaskan dan diungkapkan, but you’ve done it excellently :)

Yang paling berkesan itu suara kalian yang melengking, sampai menggemparkan gedung yang tenang ini dengan lagu “selamat ulang tahun” dan gombalan-gombalan kalian­­-__-.

Keluarga ini, sungguh terasa kehangatannya. Awalnya sedih memang, ini kali pertama aku ulangtahun di kota orang. Biasanya aku mendapat kecupan bergilir dari bapak, ibu dan kakak-kakakku di pagi tanggal 1 bulan 1, tapi keberadaan kalian membuatku sadar bahwa aku selalu dekat dengan keluargaku. Ya..karena kalian juga bagian dari keluarga dalam hidupku. Thanks for being a good big family, kejutan-kejutan dan tawa khas kalian takkan mudah terlupakan, thank you so much :***

“Keluarga memang tak ternilai harganya, karena keluarga adalah kebahagiaan hidup yang takkan pernah bisa kau beli.”

Lolly and 327 <3